Medan, KejarFakta.id – Di tengah dominasi bisnis fotokopi yang monoton dan bersaing ketat dalam harga serta kecepatan, sebuah usaha kecil di Jalan Perjuangan, Medan, justru memilih jalur berbeda. Usaha fotokopi ini menawarkan ketenangan spiritual di tengah hiruk-pikuk aktivitas cetak mencetak—dengan memutarkan murotal Al-Qur’an sepanjang hari.
Konsep ini bukan sekadar hiasan. Berdasarkan mini riset yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) UIN Sumatera Utara, usaha ini tidak hanya menjalankan fungsi komersial, tetapi juga membawa misi edukatif dan spiritual. Model usahanya menjadi contoh integrasi antara nilai-nilai Islam dan pelayanan publik di sektor mikro.
Pelayanan Lengkap dan Nilai Tambah Religius
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usaha ini tidak hanya melayani fotokopi biasa, tetapi juga menyediakan jasa cetak, scan, pembuatan undangan, penjualan alat tulis kantor (ATK), hingga laminating. Lokasinya yang strategis—dekat dengan kampus dan perkantoran—membuatnya mudah diakses mahasiswa dan pekerja.
Namun, yang membuatnya unik adalah suasana tempat usaha yang dibuat kondusif dengan lantunan ayat suci. Banyak pelanggan mengaku merasa lebih tenang dan nyaman saat menunggu antrean. Inisiatif ini mendapat apresiasi karena sejalan dengan pendekatan dakwah bil hal—dakwah lewat tindakan nyata yang penuh manfaat.
Kelemahan Internal: Ketergantungan Teknologi dan SDM Minim
Meski inovatif, usaha ini bukannya tanpa masalah. Penelitian mencatat ketergantungan tinggi pada mesin fotokopi membuat operasional rawan terganggu jika ada kerusakan. Di sisi lain, tenaga kerja yang terbatas sering kali tidak mampu mengimbangi lonjakan pelanggan di jam-jam sibuk, menyebabkan antrean panjang dan penurunan kualitas layanan.
Masalah lain yang mencuat adalah kurangnya sistem pengamanan data pelanggan, terutama untuk dokumen penting. Ini menjadi catatan penting dalam konteks etika pelayanan Islami—di mana menjaga amanah merupakan nilai utama.
Peluang Inovatif di Era Digital
Melihat tren digitalisasi, pemilik usaha menyadari pentingnya beradaptasi. Beberapa langkah telah disiapkan, termasuk membuka layanan pemesanan online, pembayaran digital, hingga penggunaan kertas ramah lingkungan. Dengan strategi ini, usaha fotokopi tidak hanya bisa bertahan, tapi juga berkembang secara berkelanjutan.
Langkah diversifikasi seperti menambah layanan cetak foto, cetak sertifikat, atau kerja sama dengan institusi pendidikan dan perkantoran juga tengah dijajaki.
Dari Fotokopi Menjadi Ladang Dakwah
Lebih dari sekadar unit usaha, tempat ini telah menjadi ladang dakwah sosial. Pendekatannya yang lembut, menyeluruh, dan berbasis nilai-nilai spiritual membuat usaha ini relevan dalam konteks Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Usaha mikro seperti ini menunjukkan bahwa ekonomi dan etika bisa berjalan beriringan—menawarkan layanan, sekaligus ketenangan batin.
Faktanya, konsep seperti ini layak dijadikan model untuk usaha kecil lain. Bukan hanya soal inovasi layanan, tetapi juga keberanian menghadirkan spiritualitas dalam dunia usaha. Sesuatu yang masih jarang disentuh, namun sangat dibutuhkan dalam masyarakat modern yang kerap kehilangan makna di tengah kesibukan sehari-hari.